, , ,

GIPI DIY Mengingatkan Risiko Overtourism Usai Tol Prambanan – Klaten Dibuka

oleh -73 Dilihat

Yogyakarta – Pembukaan jalur Tol Prambanan–Klaten disambut antusias oleh masyarakat, terutama pelaku pariwisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya. Tol ini diharapkan memperlancar arus kunjungan wisatawan ke destinasi-destinasi unggulan seperti Candi Prambanan, kawasan wisata Kaliurang, dan pusat kota Yogyakarta.

Namun di tengah optimisme tersebut, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY memberikan catatan penting: hati-hati terhadap risiko overtourism. Menurut mereka, peningkatan aksesibilitas harus dibarengi dengan strategi pengelolaan wisata yang berkelanjutan agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, budaya lokal, dan kualitas pengalaman wisata.

Akses Lebih Mudah, Risiko Semakin Tinggi

Ketua GIPI DIY menegaskan bahwa infrastruktur tol memang memberikan kemudahan bagi wisatawan, namun apabila tidak dikelola dengan baik, lonjakan jumlah pengunjung bisa menimbulkan masalah baru.

“Overtourism bukan hanya soal jumlah kunjungan yang meningkat, tapi soal ketidakseimbangan antara daya tampung destinasi dan kapasitas pelayanan yang tersedia. Kalau tidak dikendalikan, ini bisa merusak daya tarik utama kita,” ungkapnya.

Ia menyebut, kawasan seperti Prambanan dan Malioboro berpotensi menjadi titik utama kepadatan. Tanpa sistem manajemen kunjungan yang cermat, kemacetan, sampah, dan konflik sosial bisa muncul sebagai dampak negatif.

Belajar dari Pengalaman Daerah Lain

Fenomena overtourism telah terjadi di berbagai destinasi dunia seperti Bali, Barcelona, dan Venesia, di mana peningkatan kunjungan secara masif menyebabkan degradasi lingkungan dan kejenuhan sosial di kalangan warga lokal.

“Kita tidak ingin DIY menjadi korban dari keberhasilannya sendiri. Kita perlu belajar dari pengalaman daerah lain dan bersiap sejak sekarang,” tambah Ketua GIPI.

Tol Prambanan
Tol Prambanan

Baca juga: Eko Suwanto : Pemda Harus Kerja Keras Tangani Kemiskinan di DIY

Diperlukan Kebijakan Pengendalian Wisata

GIPI DIY mendorong pemerintah daerah bersama stakeholder pariwisata untuk segera menyiapkan langkah-langkah konkret, seperti:

  • Penerapan kuota pengunjung harian di destinasi sensitif seperti situs warisan budaya dan cagar alam.

  • Digitalisasi reservasi dan sistem tiket agar pengelolaan wisata lebih terukur.

  • Penyebaran arus wisatawan ke destinasi alternatif, tidak hanya terpusat di kawasan utama.

  • Pelibatan masyarakat lokal dalam pengawasan dan pengelolaan destinasi secara langsung.

Momentum untuk Promosi Destinasi Alternatif

Meski mengingatkan risiko, GIPI DIY juga melihat peluang besar untuk mendorong pertumbuhan wisata di wilayah perbatasan seperti Sleman bagian timur, Klaten, dan Gunungkidul utara.

“Dengan adanya tol, kita bisa promosikan destinasi yang sebelumnya kurang terekspos. Ini kesempatan untuk menata ulang peta wisata DIY secara menyeluruh,” jelasnya.

Kolaborasi dan Edukasi Jadi Kunci

Selain pemerintah, GIPI juga mengajak pelaku industri pariwisata, pengelola destinasi, serta wisatawan untuk lebih sadar akan pentingnya wisata berkelanjutan (sustainable tourism).

“Kita ingin wisatawan bukan hanya datang, tapi juga menghargai budaya lokal, menjaga kebersihan, dan memberi dampak positif bagi ekonomi masyarakat,” pungkasnya.

Kesimpulan:
Pembukaan Tol Prambanan–Klaten membawa angin segar bagi pariwisata DIY, tapi juga menyimpan tantangan besar. Jika dikelola bijak, ini bisa menjadi langkah menuju pariwisata yang lebih inklusif, merata, dan berkelanjutan. Namun jika diabaikan, dampaknya bisa menjadi bumerang. Saatnya semua pihak berkolaborasi menjaga Yogyakarta sebagai destinasi unggulan yang lestari dan nyaman dikunjungi.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.