, ,

Bukannya Dapat Penumpang, Driver Ojol Ini Malah Berhadapan Dengan Amukan Dan Celurit

oleh -134 Dilihat

Kisah Horor Driver Ojol di Bantul: Dikejar dan Disabet Celurit Usai Jemput Penumpang, Pelaku Ternyata Sang Pacar Cemburu

Yogyakarta- Sebuah tugas rutin berubah menjadi malam penuh teror bagi Budi Febriyanto (35), seorang driver ojek online (ojol) asal Serut, Palbapang, Bantul. Bukannya dapat Penumpang, pria itu justru harus berhadapan dengan amuk seorang pacar yang cemburu buta, lengkap dengan celurit di tangan. Insiden mengerikan ini terjadi pada dini hari, tepatnya pukul 00.17 WIB, dan berakhir dengan penganiayaan serta laporan ke polisi.

Bukannya Dapat Penumpang, Driver Ojol Ini Malah Berhadapan Dengan Amukan Dan Celurit
Bukannya Dapat Penumpang, Driver Ojol Ini Malah Berhadapan Dengan Amukan Dan Celurit

Baca Juga : Kesenjangan Fiskal DIY Menghangat, Kebijakan Pajak Motor Dituding Biang Keladi

Dari Order Biasa Menjadi Mimpi Burur

Cerita bermula ketika Budi menerima orderan untuk menjemput seorang penumpang di kawasan yang tak jauh dari tempat tinggalnya, masih di wilayah Serut. Dengan tenang, ia meluncur menuju titik jemput, berharap dapat menyelesaikan order terakhirnya sebelum beristirahat. Namun, suasana damai itu sirna seketika.

Sesampainya di lokasi, bukannya disambut penumpang yang ramah, Budi justru disambut dengan makian dan teriakan dari seorang pria, yang belakangan diketahui bernama IGS (26). Dengan emosi meluap, IGS memaksa Budi untuk segera membatalkan orderannya dan pergi dari tempat itu. Ternyata, yang memesan jasa ojol tersebut adalah pacar IGS sendiri, dan sang pelaku jelas-jelas tidak merelakan kekasihnya diantar oleh orang lain di tengah malam.

Memenuhi permintaan—atau lebih tepatnya perintah—tersebut, Budi yang tidak ingin berkonflik segera memutar motornya dan meninggalkan lokasi. Ia mengira insiden itu sudah berakhir. Sayangnya, itu justru menjadi awal dari pengejaran yang mencekam.

Dikejar dan Dihadangi, Celurit Menyapa Helm

Tidak lama setelah meninggalkan lokasi, saat Budi melintas di depan Masjid Al-Murtadhlo, ia dikejar oleh IGS yang mengendarai motornya sendiri. Ternyata, pelaku memiliki persepsi lain; ia mengira Budi meneriakkan sesuatu padanya saat pergi. Emosi yang sudah membara pun meledak.

IGS berhasil menghadang laju motor Budi. Sebelum sempat bertanya atau membela diri, Budi sudah diancam dengan senjata tajam. Dalam kegelapan malam, IGS menghunus celurit dan langsung menyabetkannya ke arah Budi.

“Nasib baik masih berpihak pada korban. Sabetan celurit itu mengenai helm yang dikenakannya, menyelamatkannya dari cedera yang lebih serius,” jelas Kasi Humas Polres Bantul, Iptu Rita Hidayanto, ketika dikonfirmasi.

Benturan keras itu bahkan menyebabkan mata celurit terlepas dari gagangnya. Melihat senjata itu tak lagi mematikan, naluri bertahan hidup Budi muncul. Terjadi perkelahian jarak dekat antara keduanya. Sayangnya, tanpa senjata, Budi harus menerima pukulan beruntun dari IGS. “Korban mengalami pemukulan satu kali di tangan dan dua kali di muka hingga memar,” tambah Rita.

Warga Melerai, Tapi Masalah Belum Usai

Keributan di tengah kesunyian dini hari itu akhirnya menarik perhatian warga sekitar. Mereka bergegas melerai kedua pria tersebut dan meredakan situasi. Yang mengejutkan, ternyata kedua orang ini tinggal dalam satu padukuhan yang sama. Atas desakan warga, keduanya akhirnya sepakat untuk pulang ke rumah masing-masing untuk mendinginkan kepala.

Namun, perdamaian itu hanya sementara. Upaya mediasi yang dilakukan oleh Dukuh setempat pada sore dan malam harinya menemui jalan buntu. IGS, yang merupakan pihak bersalah, bahkan tidak hadir dalam mediasi pertama di rumah korban. Mediasi lanjutan di rumah pelaku pun gagal mencapai kata sepakat.

Laporan ke Polisi dan Penyitaan Barang Bukti

Merasa upaya kekeluargaan tidak membuahkan hasil dan keadilan tidak ditegakkan, Budi memutuskan untuk melaporkan penganiayaan ini ke Polres Bantul. Polisi dengan sigap menindaklanjuti laporan tersebut. “Kami telah mengamankan pelaku sejak semalam dan menemukan barang bukti berupa celurit yang digunakan untuk menganiaya korban,” tegas Iptu Rita Hidayanto.

Saat ini, penyelidikan masih terus dilakukan untuk mengungkap setiap detail kejadian dan memproses kasus ini secara hukum. Masyarakat pun menunggu perkembangan kasus ini, yang menjadi pengingat akan bahaya laten emosi dan kecemburuan buta yang bisa berujung pada kekerasan.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.