Atap Bocor dan Lantai Rusak Terobati, Harapan Baru Menghiasi Dua Keluarga Jogja
Yogyakarta– Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan lingkungan yang layak huni bagi seluruh warganya kembali diwujudkan melalui aksi nyata. Program Bedah Rumah untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) kembali digulirkan, kali ini menyentuh dua keluarga yang sangat membutuhkan di wilayah Kemantren Gondomanan dan Gedongtengen. Seperti secercah sinar di akhir tahun, bantuan ini bukan hanya tentang renovasi fisik bangunan, tetapi tentang memulihkan harapan dan martabat.

Baca Juga : Dampak Mengerikan Judol Dan Pinjol Pelajar SMP Di Kulon Progo Bolos Sekolah Gara-Gara Utang
Dua penerima manfaat program ini adalah Ibu Eny Widiastuty, warga Kampung Prawirodirjan, Kelurahan Prawirodirjan, serta Bapak Arif Iswandono, warga Kampung Jlagran, Kelurahan Pringgokusuman. Kedua keluarga ini telah lama berjuang melawan kondisi rumah yang kian hari kian mengkhawatirkan.
Kondisi Memprihatinkan yang Akhirnya Terjawab
Wali Kota Yogyakarta, H. Hasto Wardoyo, secara langsung meninjau lokasi dan menyampaikan keprihatinannya yang mendalam, khususnya terhadap kondisi rumah Ibu Eny.
“Kami bersyukur hari ini bisa hadir membantu dua keluarga. Kondisi rumah Ibu Eny sudah dalam tahap yang sangat memprihatinkan. Memulihkan Atapnya bocor di mana-mana, sehingga setiap kali hujan, penghuni di dalamnya pasti stres. Air yang masuk bukan hanya merusak barang, tetapi juga menggerus semangat hidup mereka,” ujar Hasto dengan penuh empati.
Tidak berhenti pada kondisi fisik rumah, Hasto juga mengungkapkan realitas sosial yang dihadapi keluarga penerima bantuan. Kondisi ekonomi yang serba terbatas memaksa salah satu anak dari penerima bantuan untuk sempat putus sekolah, sebelum akhirnya bisa melanjutkan pendidikan melalui program kejar paket. Cerita ini semakin menegaskan bahwa rumah yang layak adalah fondasi utama untuk membangun kualitas hidup yang lebih baik.
Kolaborasi Gotong Royong Khas Jogja
Keberhasilan program ini, seperti ditegaskan Wali Kota, adalah buah dari kolaborasi dan semangat gotong royong seluruh elemen masyarakat.
“Jika hanya mengandalkan kemampuan satu pihak, mustahil pekerjaan seberat ini bisa terlaksana. Kami bersyukur, ada kepedulian yang luar biasa dari TNI, Polri, hingga masyarakat sekitar yang bersama-sama turun tangan. Inilah kekuatan kita, kekuatan ‘uyuh-uyuh’ (gotong royong) yang menjadi jiwa Kota Jogja,” tambah Hasto dengan mata berbinar.
Beliau juga menegaskan bahwa program bedah rumah adalah bentuk tanggung jawab moral pemerintah. “Tidak seharusnya ada warga Kota Jogja yang tinggal di tempat yang tidak manusiawi.
Ucapan Syukur dari Hati yang Tersentuh
Di lokasi lain, Bapak Arif Iswandono tak bisa menyembunyikan rasa syukur dan kegembiraannya. Rumahnya yang berukuran 6×11 meter akan segera mengalami transformasi, terutama pada bagian atap yang sudah rapuh dan lantai yang rusak parah.
“Prosesnya berawal dari pengajuan yang kami ajukan ke kelurahan. Alhamdulillah, tidak lama setelah itu, kabar baik ini turun. Yang akan diperbaiki pertama adalah atap dan lantai, bagian yang paling kritis,” tutur Arif sementara matanya berkaca-kaca.
“Perasaannya? Tentu senang sekali, luar biasa. Selama ini, mimpi untuk memperbaiki rumah sendiri hanyalah angan-angan yang mustahil karena keterbatasan biaya. Dengan bantuan ini, impian kami untuk memiliki rumah yang nyaman, aman, dan layak untuk keluarga akhirnya menjadi kenyataan. Terima kasih tak terhingga kepada semua pihak,” lanjutnya dengan suara bergetar penuh haru.
Program bedah rumah ini tidak hanya sekadar membenahi kayu dan bata, tetapi juga membangun kembali semangat dan masa depan yang lebih cerah bagi para penerima manfaatnya. Sebuah bukti bahwa kepedulian dan kolaborasi mampu menjadi pondasi kokoh bagi terwujudnya kota manusiawi yang berhati.





