, ,

Keraton Yogyakarta Mulai Gelar Rangkaian Sakral Garebeg Maulud

oleh -151 Dilihat

Menyambut Kelahiran Nabi: Rangkaian Magis Garebeg Maulud Keraton Jogja Resmi Dimulai

Yogyakarta- Nuansa spiritual dan budaya istana telah menyapa Kota Gudeg. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat secara resmi memulai rangkaian prosesi sakral Garebeg Maulud, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang menjadi warisan budaya tak benda bangsa Indonesia. Perhelatan agung yang memadukan kesalehan religius dan keagungan budaya Jawa ini akan memuncak pekan depan, namun ritualnya telah dimulai dengan prosesi pertama pada Jumat (29/8) malam.

Keraton Yogyakarta Mulai Gelar Rangkaian Sakral Garebeg Maulud
Keraton Yogyakarta Mulai Gelar Rangkaian Sakral Garebeg Maulud

Baca Juga : Suara Kritis di Senayan Ribuan Buruh Gelar Aksi, Soroti Upah hingga Korupsi

Sebagai pintu gerbang menuju puncak perayaan, prosesi pembuka Miyos Gangsa atau ‘Kelahiran Gamelan’ suksed digelar.

Penghageng Kawedanan Rekso Suyos Keraton Jogja, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Kusumonegoro, dengan detail memaparkan jalannya acara.

“Prosesi Miyos Gangsa dilaksanakan pada Jumat, 29 Agustus 2025, pukul 19.30 WIB di Kompleks Kaben. Gamelan Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu yang biasanya ‘istirahat’ di bangsal ini, seakan dibangunkan dan ‘dihadirkan’ untuk menyambut hari besar,” ujar Kusumonegoro.

Suasana makin mengharukan dan magis ketika tepat pukul 23.00 WIB, kedua set gamelan pusaka tersebut mulai diusung secara khidmat dari Kompleks Kaben menuju Pelataran Masjid Gedhe Kauman. Arak-arakan ini tidak dilakukan sembarangan; para abdi dalem keraton mengusungnya dengan dikawal ketat oleh prajurit Keraton dalam berpakaian tradisional lengkap, menciptakan sebuah visual yang seakan menghentakkan waktu ke masa lalu.

Menanti Puncak Acara dan Gunungan

Puncak dari seluruh rangkaian Garebeg Maulud ini ditetapkan pada Jumat, 5 September 2025 mendatang. Pada hari itulah, dua replika gunung berisi hasil bumi dan makanan tradisional, yang disebut Gunungan, akan diarak dari keraton ke masjid untuk kemudian diperebutkan masyarakat dalam sebuah tradisi yang dikenal sebagai Mahesa Lawung.

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan atau terlibat, penting untuk dicatat bahwa tidak semua agenda terbuka untuk umum. Sebagian prosesi bersifat tertutup dan sangat sakral, hanya diikuti oleh keluarga dan abdi dalem keraton.

“Untuk informasi lebih lanjut mengenai jadwal dan akses bagi masyarakat, akan disampaikan kemudian menyusul. Kami harap masyarakat dapat mengikuti perkembangan informasinya,” jelas Kusumonegoro menutup perbincangan.

Rangkaian Garebeg Maulud bukan sekadar festival, tetapi adalah sebuah doa yang diwujudkan dalam tindakan dan seni. Bagi warga Yogyakarta dan wisatawan, momen ini adalah kesempatan langka untuk menyelami jantung budaya Jawa yang masih berdenyut dan menyaksikan langsung living tradition yang telah berusia ratusan tahun.

Perjalanan Gamelan Pusaka Menyambut Umat

Setelah prosesi Miyos Gangsa, gamelan-gamelan pusaka itu kemudian menetap di Pagongan Masjid Gedhe Kauman. Di sana, para niyaga (pemain gamelan) keraton akan membawakan gendhing-gendhing khusus Ladrang Sekaten selama beberapa hari ke depan.

Selain itu, rangkaian acara ini juga akan menyajikan serangkaian ritual lain. Sebagai contoh, prosesi Numplak Wajik akan segera menyusul.

Kemudian, pada puncak acara, ribuan orang telah dipastikan akan memadati pelataran Masjid Gedhe dan alun-alun utara. Mereka semua menanti detik-detik yang paling dinanti: Prosesi Iriyo Garebeg. Pada momen inilah, Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta seluruh rombongan keraton akan berjalan khidmat mengarak gunungan dari keraton menuju masjid. Suasana hening dan khidmat akan menyelimuti seluruh peserta iring-iringan.

Akhirnya, setelah melewati prosesi doa, Sri Sultan akan memberikan restunya untuk membagikan gunungan kepada masyarakat. Pada saat itulah, lautan manusia akan bergerak serentak untuk berebut berkah dari gunungan yang dipercaya membawa tuah dan keselamatan ini. Meskipun terlihat semangat, tradisi Mahesa Lawung atau berebut gunungan ini tetap berlangsung dalam koridor saling menghargai dan penuh sopan santun.

Oleh karena itu, bagi Anda yang berencana menyaksikan langsung momen puncak, persiapkan diri dengan fisik yang prima. Selain itu, selalu perhatikan pengumuman terbaru dari Keraton mengenai jam dan titik mana saja yang bisa diakses publik. Dengan demikian, Anda bisa menyaksikan warisan budaya yang masih hidup dan bernapas ini dengan nyaman dan penuh khidmat.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.