Yogyakarta – PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Keraton Yogyakarta sepakat untuk memperkuat layanan transportasi publik di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kesepakatan ini diharapkan dapat mendorong kemudahan mobilitas warga dan wisatawan, sekaligus menjaga kearifan lokal yang menjadi ciri khas provinsi ini.
“Transportasi publik yang terintegrasi adalah kunci untuk mengurangi kemacetan, meningkatkan kenyamanan perjalanan, dan mendukung pariwisata berkelanjutan,” kata Dirut KAI.
Dukungan Penuh Keraton
Sri Sultan HB X menegaskan bahwa penguatan transportasi publik tidak hanya soal efisiensi perjalanan, tetapi juga sarana memperkenalkan budaya Yogyakarta kepada dunia. Menurutnya, setiap moda transportasi yang beroperasi di DIY harus mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal dan keramahan khas Yogyakarta.
“Kita ingin wisatawan yang datang merasakan keramahan dan identitas budaya sejak mereka menginjakkan kaki di sini, bahkan dari moda transportasi yang mereka gunakan,” ujar Sultan.
Baca juga: Sultan HB X usul YIA Menjadi Transit Penerbangan Australia
Rencana Pengembangan
Beberapa poin kerja sama yang akan dijalankan meliputi:
-
Integrasi layanan KAI dengan moda transportasi lokal seperti Trans Jogja, becak listrik, dan shuttle bus ke kawasan wisata.
-
Pengembangan stasiun ramah budaya, dengan sentuhan arsitektur khas Yogyakarta dan fasilitas pendukung wisata.
-
Penguatan konektivitas menuju destinasi strategis seperti kawasan Malioboro, Keraton, Candi Prambanan, dan bandara Yogyakarta International Airport (YIA).
-
Program promosi budaya di area stasiun dan dalam kereta melalui pertunjukan seni, pameran kerajinan, dan kuliner khas.
Dampak bagi Wisata dan Ekonomi
Wisatawan yang datang ke Yogyakarta akan lebih mudah berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, sementara pelaku UMKM berkesempatan memasarkan produknya di titik-titik transportasi strategis.
“Jika transportasi lancar, wisata berkembang, ekonomi masyarakat ikut bergerak,” ujar Dirut KAI.
Tahap Implementasi
KAI juga berencana menambah rute KA lokal yang menghubungkan Yogyakarta dengan kota-kota penyangga seperti Solo, Magelang, dan Purworejo.
Pemerintah DIY bersama Keraton akan mengawal proses ini agar berjalan sesuai dengan nilai-nilai budaya dan kepentingan masyarakat.
