, ,

Delapan Dekade Ikrar Persatuan Membaca Kembali Makna Sumpah Pemuda dari Tembok Keraton

oleh -19 Dilihat

80 Tahun Integrasi Yogyakarta: Napak Tilas Amanat, Seruan Kuat untuk Merawat Persatuan Bangsa

Yogyakarta- Embun pagi di atas tembok Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat seakan menyimpan bisik-bisik sejarah. Tepat Delapan Dekade silam, dari sanalah terlahir sebuah ikrar yang mengukir takdir negeri. Kini, 80 tahun kemudian, gaung ikrar itu kembali digaungkan bukan hanya sebagai seremoni, melainkan sebagai pengingat akan fondasi terkuat bangsa Indonesia: persatuan.

Delapan Dekade Ikrar Persatuan Membaca Kembali Makna Sumpah Pemuda dari Tembok Keraton
Delapan Dekade Ikrar Persatuan Membaca Kembali Makna Sumpah Pemuda dari Tembok Keraton

Baca Juga : Insiden Andong Lepas Kendali di Malioboro, Kuda Jatuh dan Viral di Medsos

Dalam momentum bersejarah peringatan 80 tahun integrasi Yogyakarta ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Ketua Komisi D DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Eko Suwanto, menyampaikan seruan yang menggema. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga menghidupkan kembali semangat persatuan yang dinyatakan leluhur pada 1945 silam.

Pada Jumat, 5 September 2025 ini, kita mengalami pertemuan yang sangat bermakna.

“Ini bukan sekadar catatan arsip. Amanat tersebut adalah wasiat lintas generasi, pesan abadi untuk setiap anak bangsa untuk senantiasa menjaga keutuhan Indonesia, mengedepankan kepentingan nasional di atas segalanya, dan tanpa henti memperkokoh tali persaudaraan sebangsa,” tegasnya.

Keistimewaan yang Memikul Tanggung Jawab

Eko Suwanto lebih lanjut menekankan bahwa status istimewa yang disandang Yogyakarta bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah amanah dan tanggung jawab. Keistimewaan itu, yang telah mendapat payung hukum kuat melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, memberikan landasan konstitusional untuk terus berkontribusi bagi bangsa.

“DIY, dengan segala keunikannya, justru memiliki tanggung jawab moral yang lebih besar. UU Keistimewaan memberi kita dasar untuk tidak hanya mengurus daerah sendiri, tetapi untuk selalu menjadi contoh, menjadi corong yang menyuarakan pentingnya menjaga kepentingan bangsa dan memupuk persatuan Indonesia,” paparnya.

Yogyakarta: Delapan Dekade Oase Kedamaian dalam Dinamika Kebangsaan

Di tengah hiruk-pikuk dan dinamika politik nasional yang kerap memanas, Yogyakarta, menurut Eko, tetap konsisten menjadi oase kedamaian dan stabilitas. Ia menyebut peran sentral Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, bersama seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat, yang telah sukses menjaga Yogyakara tetap teguh dalam bingkai NKRI.

“Kita patut bersyukur. Hingga detik ini, DIY dengan nilai-nilai keistimewaannya yang kental, terus mewarnai Indonesia dengan inspirasi. Kami hadir dengan narasi bersatu, damai, dan aman, meski di tengah gelombang dinamika kebangsaan yang dinamis. Yogyakarta adalah bukti nyata bahwa budaya dan modernitas, tradisi dan kemajuan, dapat berjalan beriringan untuk membangun nation character,” ungkapnya.

Seruan untuk Indonesia: Dari Yogya untuk Persatuan

Menutup pernyataannya, Eko Suwanto kembali menyerukan semangat kolektif. Ia berharap momentum 80 tahun ini menjadi pemantik untuk menguatkan komitmen sebagai satu bangsa.

“Dari Yogyakarta, kota perjuangan, kota pelajar, dan kota budaya, mari kita bersama-sama menyuarakan pentingnya persatuan bangsa. Mari kita jadikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Amanat 5 September 1945 sebagai kompas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selamat merayakan 80 tahun integrasi. Jayalah Indonesiaku, Jayalah Yogya!” pungkas Eko Suwanto penuh semangat.

Apa Itu Amanat 5 September 1945?
Amanat 5 September 1945 adalah pernyataan resmi dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII yang menegaskan bahwa Daerah Kesultanan Yogyakarta dan Daerah Kadipaten Pakualaman merupakan bagian tidak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia. Pernyataan loyalitas tanpa syarat ini terjadi di tengah kondisi Republik Indonesia yang masih sangat muda dan rentan, menjadi penopang moral dan politik yang sangat vital bagi kelangsungan NKRI.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.