, ,

Dampak Mengerikan Judol Dan Pinjol Pelajar SMP Di Kulon Progo Bolos Sekolah Gara-Gara Utang

oleh -156 Dilihat

Dari Layar Ponsel ke Jerat Utang: Kisah Pilu Bocah SMP Kulon Progo yang Terperangkap Judi dan Pinjol Online

Yogyakarta Sebuah insiden memilukan datang dari dunia pendidikan di Kulon Progo, Yogyakarta. Seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama SMP harus menghadapi beban psikologis yang berat setelah terjerat dalam lingkaran setan judi online judol dan pinjaman online pinjol. Dampak bukan main-main: sang bocah dilaporkan bolos sekolah selama hampir satu bulan penuh, diliputi rasa takut dan malu akibat menanggung utang yang membengkak kepada teman-temannya.

Dampak Mengerikan Judol Dan Pinjol Pelajar SMP Di Kulon Progo Bolos Sekolah Gara-Gara Utang
Dampak Mengerikan Judol Dan Pinjol Pelajar SMP Di Kulon Progo Bolos Sekolah Gara-Gara Utang

Baca Juga : Wakil Menteri ATR/BPN Ikut Lari 5K Membuka Transmigrasi Run

Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kulon Progo, Nur Hadiyanto, mengonfirmasi tragedi yang menimpa pelajar asal Kecamatan Kokap ini. “Kami menerima laporan mengenai seorang pelajar SMP yang terjerat masalah pinjol dan judol. Awalnya, kami mendapati bahwa anak tersebut tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang jelas dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar satu bulan,” papar Nur Hadiyanto saat dikonfirmasi.

Awal Mula Petaka: Dari Game Online ke Jurang Judi

Kisahnya berawal dari sebuah kebiasaan yang tampak biasa di era digital: bermain game online. Awalnya, ia hanya bermain game yang menawarkan sistem top up atau pengisian ulang saldo menggunakan uang asli. Namun, lubang kecanduan perlahan mulai menganga. Kebutuhan untuk top up berubah menjadi keinginan untuk terus bermain, yang akhirnya membawanya menjelajah ke dunia judi online—sebuah dunia di mana uang bisa hilang sekejap dalam taruhan.

Tanpa sumber keuangan yang memadai sebagai pelajar, godaan untuk mencoba pinjaman online (pinjol) pun tak terelakkan. “Awal mula ceritanya memang dari game online. Lama-kelamaan, ia kecanduan dan mencari cara untuk membiayai kebiasaannya itu, hingga akhirnya menemukan pinjol. Inilah yang memperparah keadaannya,” tutur Nur, menggambarkan bagaimana jerat itu semakin mengencang.

Efek Berantai: Utang Teman dan Trauma Bolos Sekolah

Bukan hanya berutang kepada aplikasi pinjol, tekanan untuk membayar cicilan dan memenuhi kebutuhan judinya mendorong sang pelajar untuk meminjam uang dari teman-temannya. Total utang yang berhasil dikumpulkannya dari kawan-kawan sebayanya mencapai sekitar Rp 4 juta. Uang sebesar itu digunakan untuk dua hal: melanjutkan judi online dan menutupi sebagian kewajibannya pada pinjol.

“Kurang lebih sekitar Rp 4 juta yang dia pinjam dari beberapa temannya. Ini jumlah yang sangat besar untuk seorang anak SMP,” lanjut Nur.

Beban moral dan finansial sebesar itu rupanya terlalu berat untuk dipikul seorang diri. Rasa malu, takut, dan cemas karena tidak mampu mengembalikan uang teman-temannya membuatnya memilih untuk menghindar. Bolos sekolah menjadi pelariannya. Selama sebulan, ia lebih memilih mengurung diri daripada harus berhadapan dengan kenyataan dan teman-teman yang memberinya pinjaman.

“Penyebab bolosnya adalah ketakutan yang mendalam karena tidak bisa mengembalikan uang yang dipinjam. Uang pinjaman dari temannya itu juga dia pakai untuk membayar kewajiban di pinjol yang sebelumnya dia gunakan untuk judol. Ini adalah siklus yang sangat merusak,” terang Nur Hadiyanto dengan nada prihatin.

Tanggapan Otoritas: Pemulihan Psikis dan Opsi Pendidikan

Nur mengungkapkan bahwa ini adalah kasus pertama yang ditangani langsung oleh Disdikpora Kulon Progo yang melibatkan pelajar dan persoalan kompleks semacam ini. Menyadari betapa seriusnya dampak psikologis yang dialami korban, pihaknya tidak bekerja sendiri.

Disdikpora telah berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos-PPPA) serta Dinas Kesehatan (Dinkes). Tujuannya adalah untuk memberikan pendampingan dan pemulihan psikis bagi pelajar tersebut, membantu ia keluar dari trauma dan tekanan yang menghantuinya.

Mengenai masa depannya di bidang pendidikan, Disdikpora berkomitmen untuk memberikan solusi terbaik. Jika sang pelajar dan keluarganya menghendaki, pihaknya siap memfasilitasi proses perpindahan ke sekolah baru. “Jika keluarganya memutuskan untuk pindah sekolah, kami akan bantu mempermudah proses administrasinya,” kata Nur.

Namun, ada juga opsi lain yang tidak kalah baik. “Jika ia memilih untuk tidak pindah, atau butuh waktu untuk pemulihan, kami juga membuka kesempatan baginya untuk mengikuti program Kejar Paket B. Yang penting, pendidikan dan masa depannya tidak boleh terputus karena kasus ini,” pungkasnya, menegaskan komitmen untuk memastikan hak pendidikan anak tetap terpenuhi.

Dampak Kisah ini menjadi pengingat nyata dan pedih bagi semua pihak—orang tua, sekolah, dan masyarakat—tentang bahaya laten judi online dan pinjol ilegal yang mengintai anak-anak di balik layar gadget mereka. Perlindungan dan pengawasan ekstra mutlak diperlukan di era yang serba digital ini.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.